Senin, 13 April 2009

buat mas benny (kitosan)

Pengenceran terhadap kitosan untuk mengawetkan mie, saya anjurkan untuk tidak dilakukan. Hal itu disamping untuk mengurangi kadar cairan dalam pembuatan mie juga dapat menjaga kolom kitosan agar dapat menyerap air dalam mie basah sehingga dapat menghindarkan bakteri sulit berkembang. Penggunaan banyak cairan dalam pembuatan mie juga membuat kualitas menjai berkurang. Perlu diingat bahwa kitosan juga dipercaya menambah rasa gurih, sehingga rasa mie semakin baik.

Penggunaan prosentasi kitosan yang saya gunakan itu dilatarbelakangi penelitian pada ikan asin (IPB) dan lebih utama kitosan yang digunakan sebagai pengawet pada tofu (sejenis dengan mie basah jepang) yang menunjukkan prosentasi 2% ternyata dapat meningkatkan keelastisan tofu hingga 5–305% dan daya tahan tofu untuk layak dikonsumsi dapat mencapai hingga 2–10 hari.

Kalaupun anda mendapatkan kitosan baik beli maupun membuat sendiri hendaknya anda mengetahui quality record (bahan pembuat kitosan, derajat deasetilasi, ukuran). Pengetahuan tersebut sangat penting sebagai analisis kemampuan kitosan dalam mengawetkan makanan. Sesuai dengan hasil penelitian terhadap tingkat derajat deasetilasi kitosan semakin tinggi maka kemampuannya semakin baik.

Parameter daya simpan mie sebainya anda gunakan parameter dari jumlah mikrobiologi yang terdapat pada mie basah dengan menggunakan metode uji Total Plate Count (TPC) karena makanan layak santap harus memenuhi jumlah mikroba tidak lebih dari 1000 koloni per kolom. Kalaupun anda kesulitan bisa menggunakan parameter pengamatan saja, perubahan warna, timbul jamur secara kasat mata, timbul lendir, atau timbul bau busuk. Akan tetapi metode tersebut tidak begitu falid.

Hasil penelitian itu adalah ilmu yang bersifat informasi, jadi buatlah parameter-parameter yang mudah dipahami oleh pembaca atau penerima informasi. Contohnya adalah perbandingan prosentasi kitosan yang digunakan itu dilakukan dengan perbandingan material terbanyak saja (dalam hal ini adalah tepung terigu).