Senin, 09 Maret 2009

Pemanfaatan Protein Hasil Isolasi Kitin Dari Limbah Kulit Udang Windu Dengan Penambahan Bekatul Sebagai Pakan Ternak

A. Latar Belakang

Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin (Kartadisastra, 1997). Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi secara normal. Jaringan hewan sendiri juga terdiri dari air, karbohidrat, protein, lemak dan mineral. (Putro, 2004)

Tidak adanya alternatif lain dan langkanya bahan yang memenuhi syarat sebagai sumber asam amino, protein, karbohidrat, dan lemak yang berimbang sesuai dengan kebutuhan akan ketersediaannya, maka menjadikan pakan berbiaya mahal sehingga akhirnya berimbas juga pada kenaikan biaya produksi (Putro, 2004). Oleh karena itu wajar bila usaha meningkatkan efisiensi didalam bidang peternakan ditujukan pada usaha meningkatkan gizi zat-zat makanan ternak..

Kesulitan dalam memenuhi gizi dalam pakan ternak membuat ternak mengalami kekurangan nutrien yang sesuai dengan kebutuhan merupakan faktor yang sangat vital. Menurut Sujono (2004), guna mempertahankan kapasitas produksi, energi dalam pakan harus dipertahankan dalam kadar tertentu, yaitu 2.800-2.900 kalori/kilogram. Kandungan protein pun harus mencapai kadar 17-18%. Ketersedian protein dalam kulit udang windu yang cukup besar dapat dimanfaatkan guna memenuhi sebagian kebutuhan vital pada makanan. Ternak. Kulit udang windu mengandung protein (25%- 40%), kitin (15%-20%) dan kalsium karbonat (45%-50%) dan diperkirakan limbah kulit krustasea dunia mentapai sekitar 5 juta ton (kering) (Marganof, 2003). Limbah kulit udang windu yang tidak dimanfaatkan secara tepat guna akan hanya menjadi limbah yang meresahkan saja. Selama ini limbah tersebut dikeringkan dan dimanfaatkan sebagai pupuk dengan nilai yang rendah (Marganof, 2003).

Proses Isolasi kitin dari kulit udang/kepiting biasanya dilakukan dalam tiga tahap. Pertama, tahap penghilangan mineral (demineralisasi). Tahap kedua adalah tahap penghilangan protein (deproteinasi). Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan protein. Biasanya dilakukan dengan menambahkan larutan natrium hidroksida (NaOH), sambil dipanaskan pada temperatur yang tidak terlalu tinggi. Tujuan dari pemisahan protein (deprotenisasi) adalah untuk memisahkan sisa–sisa daging yang jumlahnya bervariasi. Tahap ketiga merupakan tahap penghilangan warna. (Rismana, 2001). Proteinasi pada cangkang udang windu adalah diperuntukkan untuk memisahkan atau melepaskan ikatan–ikatan antara protein dan kitin (Hadisoemarto, 2003).

Menurut Muchtadi, Nienaber dan Susana (1995), bekatul merupakan sumber serat pangan yang juga mengandung protein, lemak, mineral dan vitamin. Menurut Betty (2000), kandungan vitamin yang terdapat pada bekatul antara lain seperti tiamin, riboflavin dan niasin sedangkan kandungan mineral yang dimiliki bekatul antara lain, seperti alumunium, kalsium, klor, besi, magnesium, mangan, fosfor, kalium, silikon, natrium dan seng. Bekatul Merupakan hasil sisa ikutan dari pabrik pengolahan khususnya bagian asah/slep/polish. Lebih sedikit mengandung selaput perak dan kulit serta lebih sedikit mengandung vitamin B1, tetapi banyak bercampur dengan pecahan-pecahan kecil lembaga beras (menir). Oleh sebab itu masih dapat dimanfaatkan sebagai makanan manusia sehingga agak sukar didapat.
Analisa nutrisi adalah sebesar 15% air, 14.5% protein, 48.7% lemak dan 7.0% abu serta nilai MP adalah 70 (Scrapbook, 2006).

Dalam proses deproteinasi, protein yang akan dibuang nantinya akan dibuang sebagai hasil limbah. Protein yang dipisahkan dari cangkang nantinya dibuang tersebut memilki persentase yang cukup tinggi, dari pada tidak dimanfaatkan, lebih baik digunakan untuk sesuatu yang dapat menghasilkan manfaat. Dengan melakukan penambahan bekatul dicampur dengan protein dalam proses isolasi protein hasil limbah udang windu didalam pembutan makanan ternak, pemenuhan nutrisi dalam hewan ternak dapat terpenuhi.

Dengan terpenuhinya nutrisi dalam pakan ternak pertumbuhan ternak dapat mengalami peningkatan baik dalam produksi ternak maupun dalam peternakan sendiri dapat memiliki hasil pakan yang memenuhi nutrisi, sehingga penulis ingin memanfaatkan protein hasil isolasi kitin dari limbah kulit udang windu dengan penambahan bekatul sebagai pakan ternak.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Memanfaatkan Protein Hasil isolasi Kitin Dari Limbah Kulit Udang Windu dengan Penambahan Bekatul Sebagai Pakan Ternak?

C. Tujuan

Mengetahui pemanfaatkan protein hasil isolasi kitin dari limbah kulit udang windu dengan penambahan bekatul sebagai pakan ternak

D. Manfaat

1. Kebutuhan salah satu nutrisi pakan ternak tercukupi dengan adanya protein dari hasil limbah kulit udang windu

2. Protein dengan persentae yang cukup tinggi dalam proses isolasi kitin yang semula tidak dimanfaaatkan oleh banyak kalangan, kini dapat berguna.

  1. Batasan Penulisan

Batasan karya tulis adalah penggunaan protein dengan penambahan bekatul sebagai pakan ternak hanya kami berikan kepada unggas (Itik, ayam, bebek dan lain-lain).

Tidak ada komentar: