Rabu, 10 Juni 2009

One man, One Plant at Elementary School


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak manusia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Melihat begitu pentingnya aspek pendidikan dalam pembangunan bangsa maka Indonesia mengadakan pendidikan formal untuk menunjang peningkatan sumber daya manusia yang diselenggarakan melalui sekolah, terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang dengan metode pendekatan kurikulum yang terintegrasi maupun kurikulum yang monolitik (tersendiri). (Depdiknas.2001).

Pendidikan Dasar merupakan pendidikan sembilan tahun terdiri atas program pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama. Secara umum dalam sekolah dasar siswa yang mengikuti pendidikan tersebut pada usia 7 sampai 12 tahun, akan tetapi tidak menuntut kemungkinan siswanya di bawah maupun di atas usia tersebut (Depdiknas. 2001). Pada usia tersebut mereka masih banyak mengahabiskan usianya untuk bergembira atau senang-senang. Pada tingkat pendidikan dasar, terutama di SD, peran guru teramat dominan. Ibarat makan, murid atau siswa tinggal mengunyah makanan yang disuapkan ke mulut mereka, segala jenis makanan dalam takaran yang sudah diatur sedemikian rupa oleh gurunya (Amna, 2003)

Siswa sekolah dasar yang masih tergolong anak-anak menjadikan formulasi pengajaran harus disesuaikan dengan karakter siswa. Seperti halnya di banyak negara “pendidikan akademik formal” telah menjadi norma sejak tahun-tahun pertama SD. Anak-anak tidak diberi kesempatan untuk belajar dengan menyenangkan dan kaya pengalaman yang mendasari pertumbuhan yang sebenarnya. Keasyikan belajarpun menjadi hilang. (Dryden. 2001). Banyaknya kesulitan dan hambatan mengondisikan siswa SD untuk belajar dengan baik kemungkinan disebabkan oleh kondisi kelas dalam sekolah formal yang membatasi emosi sehingga meningkatkan kejenuhan siswa dalam menerima materi pelajaran. Hal ini menjadikan faktor lingkungan sekeliling dari siswa SD di sekolah harus dikontrol dan diciptakan sesuai dengan emosi siswanya dalam menerima pelajaran.

Siswa SD termasuk siswa yang mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri, baik faktor fisik maupun sosial psikologi yang berada pada lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Pada lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar pada siswanya (Depdiknas. 2001). Oleh karena itu banyak keuntungan yang akan diperoleh dari kegiatan belajar mempelajari lingkungan dalam proses belajar, karena kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan , sehingga motivasi belajar siswa akan lebih meningkat. Penggunaan jenis lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar seperti lingkungan sosial maupun lingkungan alam juga terdapat lingkungan buatan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia dengan tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat dalam proses pengajaran. (Sudjana, 2002)

Melihat ketiga jenis lingkungan dalam kegiatan belajar menjadikan sekolah-sekolah dasar hendaknya memenuhi kondisi lingkungan tersebut. Kalaupun dari sekolah dasar formal yang kesulitan menerapkan kondisi lingkungan alam dan sosial dalam lingkungan sekolah, maka sekolah dasar tersebut hendaknya menciptakan lingkungan buatan yang dapat menampung dan mempersembahkan kedua lingkungan tersebut dalam satu tempat akan tetapi suasana formal masih dapat diterapkan.

Salah satu cara yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan menciptakan kelas alam bernuansa formal. Selain untuk meningkatkan penerimaan psikologi siswa SD yang memang pada usia 7-12 tahun masih menginginkan suasana yang menyenangkan, kelas alam juga dapat meningkatkan jiwa sosial dan tanggung jawab pada setiap siswa sekolah dasar. Penerapan kelas alam juga mengikuti gerakan penghijauan nasional di lingkungan sekolah yang dicanangkan oleh pemerintah (Wariyanto, 2002).

Penggunaan kelas alam dalam penggunaannya dapat memberi manfaat edukatif sebagai laboratorium alam melalui penerapan iptek penghijauan sekaligus dapat menjadi oase di lingkungan sekolah. Secara psikologi siswa juga menjadi betah dalam lingkungan tersebut sehingga memudahkan guru mentransfer materi pelajaran baik yang sulit sekalipun karena dari sisi emosi mereka sudah merasa nyaman.

Melihat pengaruh lingkungan sekolah yang nyaman di sekolah dasar untuk mendukung proses belajar mengajar menjadikan perlunya kita mengkaji akan pentingnya kelas alam dalam sekolah dasar untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar di Indonesia, mari ciptakan hal itu bersama.

Tidak ada komentar: