Jumat, 10 Juli 2009


Semakin berkembangnya zaman, pola hidup manusia semakin meningkat. Tetapi di balik itu semua juga semakin banyak bermuncul berbagai penyakit baru yang sulit pencegahan dan pengobatannya. Dengan hal ini upaya pemeliharaan terhadap kesehatan semakin sulit dan membutuhkan biaya yang semakin mahal. Semakin mahalnya biaya tersebut tentu akan banyak memberikan masalah terhadap orang-orang miskin dan warga desa yang jauh dari fasilitas-fasilitas kesehatan. Dengan hal ini perlu adanya upaya pengganti dengan formula yang lebih sederhana, lebih terjangkau dan mudah diperoleh oleh seluruh masyarakat.
Ciplukan (Physalis angulata) termasuk famili Solanaceae dan merupakan tumbuhan terna semusim (annual) dan banyak tumbuh liar di kebun atau tanah kosong yang kondisinya sedikit basah (Novalina. 2003). Tumbuhan ini hidup di tempat dengan ketinggian 1-1550 m dpl. Tumbuhan ini dapat ditemukan di semua negara dengan iklim tropis terutama di Afrika, Asia, dan Amerika (Afandi. 2002).
Ciplukan termasuk famili Solanaceae dan merupakan tumbuhan terna semusim dan banyak tumbuh liar di kebun atau tanah kosong yang kondisinya sedikit basah. Batang Ciplukan berwarna hijau dan lembayung, berdiri tegak serta batang bawah berbentuk bulat dengan alur kecoklatan. Seluruh bagian tumbuhan dapat digunakan untuk mengobati kanker (Novalina. 2003).
Tumbuhan Ciplukan (Physalis angulata) banyak mengandung beberapa senyawa aktif biologi. Daun dan akar tumbuhan ini mengandung beberapa senyawa diantaranya seperti flavonoida, alkaloid, dan beberapa tipe steroid tumbuhan yang belum dikenal dalam dunia sains (Afandi. 2002). Sedangkan buah Ciplukan mengandung senyawa kimia asam sitrun dan fisalin. Selain itu buah Ciplukan juga mengandung Asam Malat, Alkaloid, Tanin, Kriptoxantin, Vitamin C dan Gula (Anonim1. 2006).
Khasiat dan kandungan senyawa-senyawa yang terdapat dalam Ciplukan adalah antioagulan, antileukimia, antimutagenik, antiinflamatory, antivirus, antispasmodic, analgestik, antiseptik, antiasmathmatic, antigonorrheae, sitotoksik, diuretik, ekspektoran, febrifuge, hypotensive, immunostimulan, trypanocidal (Afandi, 2002).
Begitu mudahnya Ciplukan tumbuh dalam tanah-tanah kosong, sawah dan kebun menjadikan tanaman Ciplukan dianggap sebagai tanaman pengganggu yang tidak dapat dimanfaatkan. Tanaman ini cenderung dimusnahkan dan diganti dengan tanaman yang lebih bermanfaat, karena kurangnya pengetahuan tentang banyaknya manfaat yang terkandung dalam tanaman Ciplukan.
Proses pembudidayaan dapat dilakukan dengan metode vegetatif dan generatif dalam mendapatkan bibit tanaman Ciplukan. Bibit tanaman Ciplukan ditanam baik dalam pot maupun dalam lahan yang telah diatur kesuburannya. Agar dapat tumbuh dengan baik tanaman Ciplukan dilakukan perawatan dengan menyirami setiap hari, memupuk secara berkala dan membasmi dari hama penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman Ciplukan. Setelah tanaman Ciplukan cukup tua maka dilakukan pemanenan.
Dengan mengetahui kemudahan dalam membudidayakan Ciplukan, maka perlu didukung adanya peningkatan nilai ekonomis hasil budidaya tanaman Ciplukan agar tanaman ini tidak hanya sebagai tanaman pengganggu (gulma). Namun selama ini belum ada pihak yang mau mengolah bahkan menampung penjualan Ciplukan segar sebagai bahan awal dalam membuat ramuan obat maupun hasil olahan tanaman Ciplukan sebagai obat yang mempunyai khasiat yang cukup melimpah.
Melihat kemampuan dan kandungan kimia dengan senyawa bahan alam lain yang bermanfaat bagi manusia pada tanaman Ciplukan serta permasalahan-permasalahan mengenai kurang berminatnya masyarakat dalam membudidayakan dan memanfaatkan sebagai obat tradisional dari tanaman tersebut, bahkan membudidayakan tanaman Ciplukan, sehingga hal itu melatar belakangi penulis untuk membuat karya tulis yang berjudul ”Mengoptimalkan Penggunaan Tanaman Ciplukan (Physalis Angulata) Sebagai Tanaman yang Multifungsi dan Mempunyai Nilai Ekonomis”.

Tidak ada komentar: